Jumat, 16 Januari 2015

GUNUNG



DICOPI DARI CATATAN FB USTAD NURRACHMAD HIDAYAT
OLEH MUHAMMAD RIZKY HILMY PAJAK C


“Kepala ini tidak akan tunduk kepada makhluk. Ia hanya tunduk bersujud kepada sang Khaliq.” Kalimat ini meluncur dari mulut Syaikh Ahmad Faruqi di hadapan sultan Jahangir, Maharaja Mughal. Pada masa itu, setiap rakyat biasa yang menghadap sultan, harus menghormat dengan bersujud mencium lantai tepat didepan kaki sultan. Tidak ada seorangpun yang berani menolak. Hanya ia, seorang laki-laki dengan pakaian sederhana yang berani menentangnya. Syaikh Ahmad sendiri adalah seorang juru dakwah, yang lazim dengan segala kesederhanaan dan materi yang kurang. Tapi semua kesederhanaan dan kekurangan materi itu tidak membuatnya merasa kecil untuk mengucapkan kebenaran. Akibat penolakannya itu, ia yang sebenarnya diundang untuk mendiskusikan masalah negara setelah Jahangir mendengar kecerdasan dan kecemerlangannya, harus rela menerima ganjaran penjara.

Kisah yang sama dapat dibaca dari peristiwa syahidnya Sayyid Quthb di tiang gantungan ketika menghadapi rezim Gamal Abdul Nasser. Sesaat sebelum ia digantung, datanglah seorang petinggi militer Mesir yang membawa berita “gembira” bahwa presiden bersedia mengampuni dan membebaskannya dari tiang gantungan dengan syarat Sayyid Quthb bersedia mengakui kesalahan dan menuliskan permintaan maaf kepada presiden di secarik kertas yang telah disediakan. Sambil tersenyum lembut Sayyid Quthb menjawab, “telunjuk yang senantiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalat ini menolak menuliskan barang satu huruf pun kata penundukan kepada taghut.” Ketika si petinggi militer tersebut memastikan bahwa penolakan ini berarti kematian bagi Sayyid, kembali dengan tersenyum lembut ia menjawab, “jika begitu selamat datang bagi kehidupan yang abadi” dan dengan pekikan kalimat tahlil, Sayyid Quthb dieksekusi di tiang gantungan.

Inilah pengaruh kalimat “Laa Ilaaha Illa-Llah”. Tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Kalimat ini berkonsekuensi penundukan total kepada Allah sebagai Khaliq yang layak untuk disembah, sekaligus deklarasi pelepasan  diri dari penundukan kepada makhluq. Kalimat tahlil ini tidaklah bermakna hanya tiada tuhan (rabb) selain Allah semata. Ia harus bermakna ketundukan ibadah hanya milik Allah dan bukan selainNya.kalaulah kalimat ini hanya berhenti pada makna tiada tuhan (rabb)selain Allah, maka ia tidak lebih dari pemahaman kaum kafir pada masa rasulullah. Mereka menolak dakwah tauhid ini karena sesungguhnya memahami esensi kalimat ini. Mereka menyadari bahwa ketika kalimat tahlil ini, mempersaksikan bahwa ketundukan ibadah hanya kepada Allah, maka seluruh hegemoni mereka atas bangsa Arab yang dibangun atas justifikasi relijius dengan adanya Ka’bah, akan runtuh seketika. Mereka tidak rela kehilangan segala hegemoni dan privilege tersebut. 

Berislam dengan kalimat tahlil ini berarti juga memenuhi segala perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. Ya betul, SEMUANYA! Karena itu jika anda muslim, dan Allah memerintahkan untuk shalat,maka tidak ada alasan apapun untuk meninggalkannya. Jika anda muslimah dan Allah memerintahkan anda untuk menutup aurat dengan memakai dan memanjangkan jilbab, maka harus anda lakukan. Bahkan jika anda telah berjilbab pun, tapi masih memakai pakaian yang menonjolkan lekuk tubuh anda semacam legging dll, anda harus mengubahnya. Jika anda pelajar dan haram untuk mencontek dalam Unas, tapi anda tetap nekat melakukannya, sebenarnya tauhid anda sedang terancam ambrol. Anda sedang mengabaikan fakta bahwa Allah mengawasi anda ketika bermaksiat dengan mencontek atau maksiat apapun. Allah sendiri dengan tegas mewanti-wanti kita, “dan tidaklah patut bagi seorang yang beriman baik laki-laki atau perempuan jika Allah dan rasulNya telah menetapkan suatu perintah, ia mempunyai pilihan lain yang menyelisihi perintah itu” (QS. 33:36). 

Kuncinya adalah berilmu tentang Islam yang sebenarnya. Pengetahuan Islam yang komprehensif, dari A sampai Z. ini akan menghindarkan pemahaman yang setengah-setengah tentang Islam. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk masuk ke dalam agama ini secara menyeluruh (QS. 2: 208). Allah juga menyuruh kita bertauhid dengan berdasarkan ilmu (QS. 47: 19). Jika seseorang telah mendasarkan keislamannya atas keyakinan ilmu, besar kemungkinan ia akan selamat dari bermaksiat dibawah pengelihatan Tuhannya. Kalaupun suatu ketika khilaf dan bermaksiat, maka ia segera beristighfar dan bertaubat.

Berislam dan bertauhid yang benar akan mengubah individu dari manusia biasa menjadi sosok gunung yang teguh mempertahankan kebenaran sebagaimana dua kisah diatas. Teguh atas keyakinannya, dan tidak bergeser seincipun dalam mempertahankannya. Ia juga akan melimpahkan kejayaan dunia dan akhirat bagi pemeluknya. Kenapa? Karena ia hanya tunduk kepada pemilik dunia ini. Takutlah engkau kepada Allah, dan seluruh makhluk akan takut dan segan kepadamu. Takutlah engkau kepada selain Allah, maka tidak akan ada makhlukNya yang takut kepadamu. Wallahu a’lam.
 

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com

0 komentar:

Posting Komentar