Kamis, 29 Januari 2015

Kashva: Sang Pencari Asvat Ereta

Catatan: Kisah ini adalah sebuah cerita perjalanan penuh berkah tentang seorang tokoh penting dalam Islam. Orang ini sampai sekarang sangat terkenal di kalangan umat muslim. Bahkan dalam suatu riwayat, Rasulullah pernah menyebutkan bahwa orang ini merupakan orang yang dipastikan masuk surga. Awalnya orang ini adalah seorang yang kafir, namun Allah telah memberikan hidayah kepadanya sehingga dia masuk islam. Setelah masuk islam, beliau memiliki nama yang baru sebagai tanda bahwa dia adalah orang yang telah mendapat hidayah berupa iman islam. Kisah ini adalah salah satu versi dari kisah beliau sebelum masuk islam dan perjalanannya hingga mencapai islam. dia memulai utamanya setelah
Pertanyaan: Coba tebak siapa Kashva?
Ketentuan: Cerita berjudul “Kashva: Sang Pencari Asvat Ereta” ini akan hadir secara bersambung dan diupdate Insya Allah setiap 3 sampai 6 hari sekali. Cerita akan diupload di blog stan2014bdkmalang.blogspot. Bagi yang berminat, untuk menjawab pertanyaan diatas, silahkan mengirim jawaban dan alasan ke nomor 085736588692. Bagi penjawab pertama dan kedua yang mampu menjawab dengan benar, akan mendapat hadiah sederhana. Cerita ini Insya Allah akan berakhir di Chapter 5.
Chapter 1: Ramalan-ramalan
Pinggir Kota Ishafan, Persia
            “Semoga engkau terbakar dalam rumah ini!”, seru wanita itu. Wanita itu menggelimpang. Rambutnya awut-awutan, bajunya penuh dengan lumpur kering. Lambungnya berhari-hari tak terisi, tenggorokannya kering. Bibirnya yang bergetar terus berucap, “Semoga engkau terbakar dalam rumah ini!” Suaranya semakin meninggi, “Semoga engkau terbakar dalam rumah ini!”
            “Diam kau, perempuan!”, hardik suaminya. “Diamlah atau Ahuramazda akan menyiksamu!”
            Wanita itu membalas,”Semoga engkau berkembang dalam rumah ini. Dalam waktu yang lama, sampai datangnya pemulihan dunia! ”
            “Makan dan berhentilah menistakan ayat-ayat Zardhust!”
            Lelaki itu balas berteriak sambil melemparkan panci berisi buah-buahan busuk ke wajah istrinya. Dia ingin segera meninggalkan istrinya seakan jijik padanya. Kakinya hendak beranjak meninggalkan istrinya yang tergeletak di lantai gudang sendirian.
            Istri sang lelaki sedang tidak suci. Darah menstruasi itu kotor dan hina. Tidak boleh diberi makanan maupun minuman. Hanya ketika napas perempuan itu merapat kepada kematian, boleh dia meneguk air dan menelan sedikit makanan. Bagi sang suami, mendekatinya saja sudah berdosa.
            “Seorang wanita akan mandi di Danau Kasava. Dia akan melahirkan Asvat Ereta.”
            “Apa kau ingin direbus di neraka, wahai perempuan?”, teriak sang suami.
            Bukannya diam, istrinya kembali berkata, “Asvat ereta akan melindungi iman Zarathustra, menumpas iblis, dan membersihkan pengikut Zardhust dari kesalahan mereka.”
            Sang suami terdiam. ingin rasanya menghunjami istrinya dengan pukulan, tendangan, dan caci maki lainnya. tapi dia berhenti. pikirannya seakan terfokus pada satu hal.
            Asvat Ereta. Siapa Asvat Ereta?”
           
Tengah Gurun, sebelah barat Laut merah, Mesir.
            Sebuah biara berdiri ditengah gurun. Bagunannya benar-benar seadanya dengan batu bata asalkan mampu menopangnya berdiri. Di dalam biara itu, seorang pendeta muda pengikut ajaran Santo Antonius menekuni naskah kuno peninggalan Nabi Daniel berabad-abad lalu. Sebuah nubuat mengenai kejadian-kejadian besar yang akan mengisi bumi. Matanya terpaku pada naskah kuno itu ketika membaca mengenai munculnya 4 kaum durhaka kepada Yang Maha Tinggi. Napasnya terasa semakin sesak seiring dengan semakin banyak yang dia baca.
            “Tanduk yang durhaka akan dibiarkan hidup sampai datang seorang Bar Nasha dengan awan dari langit dan dibawa kehadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan yang kekal serta kekuasaan sebagai raja selamanya.”
            Napasnya seakan berhenti hanya karena kalimat itu. “Siapa Bar Nasha? Kenapa Tuhan begitu memuliakannya” dia terdiam dan memandangi naskah itu. “Dunia ini akan dikuasai para penindas hingga Bar nasha datang. Kuharap aku akan beruntung  menyambut kedatangannya.”

Pelabuhan Barus, Nusantara
            Pelabuhan itu sudah purba. Meskipun begitu, hanya ditempat itulah orang-orang bisa menemukan rempah berkualitas terbaik, getah kayu yang tak tertandingi sedunia, bahkan pengawet mumi raja Fir’aun yang paling masyur di dunia. Kapal beserta penghuninya keluar masuk membawa barang dari India, Tiongok, Srilangka, Vietnam, Persia, Inggris, Spanyol, Arab, dan Yaman. Di tengah kesibukan itu, dua orang kuli sedang merenggangkan otot seusai membongkar muatan sebuah kapal.
            “Aku bertemu dengan brahmana yang mencari anaknya.”, ucap kuli pertama
            “Orang India?”
            Kuli pertama mengangguk dan bergumam, “Perjalanannya sungguh gila. Meninggakan India hingga ke Barus. ”
            “Banyak orang yang asalnya lebih jauh sampai kesini.”
            “Mereka kan pedagang. Brahmana tidak tahu apa-apa tentang pelayaran”
            Mereka berdua diam. keduanya menatap awan yang bergerak. Hening. Kuli pertama akhirnya membuka mulut, “Aku mengenalkan brahmana itu ke orang Arab”
            “Orang Arab ada disini?”
            “Iya, mereka baru pertama kali disini. Kau belum bertemu mereka?”
            Kuli kedua menggeleng.
            “Mereka orang-orang pintar. Cerita petualangan mereka sungguh luar biasa. aku rasa mereka pasti bisa membantu brahmana itu”
            Kuli kedua tampak ragu, tapi dia tidak mau berdebat. Dia memilih untuk menggeser pembicaraan ke sesuatu yang lebih ringan.
            “Kau bilang mereka punya cerita hebat?”, ucap kuli kedua
            Kuli pertama mengangguk, “Mereka berbicara tentang kedatangan seorang manusia mulia”, suaranya membisik, “Pembebas manusia dari penderitaan. Bahkan katanya dia mampu membelah bulan.”
            “Engkau percaya?”
            “Entahlah. Tapi dia pembebas kaum miskin seperti kita.”
            Kuli kedua mendengus. “Entah itu benar atau tidak, toh dia ada di Arab. Bukan ada disini. Apa gunanya?”
            “Siapa tahu suatu saat dia datang kemari”
            “Untuk apa?”
            “Membebaskan kita dari nasib buruk.”
            Kuli kedua mencibir dan segera bangkit. “Ada kapal datang.”, ucapnya sambil menghampiri kapal itu.

Bangsal Apadana, Persepolis, Persia
            Nama Kasvha masyur ke seluruh pelosok Persia dan menembus negeri-negeri yang jauh. Bukan hanya karena dipercaya oleh Raja Persia untuk mengelola Kuil Sistan, atau karena dia ahli mengamati bintang, atau karena dia seorang sastrawan yang pandai, melainkan juga karena hatinya yang lembut kepada siapapun namun juga bisa sekeras logam jika diperlukan. Penampilannya selalu ditunggu baik oleh pembesar persia maupun oleh rakyat. Seperti sekarang ini, Dia terpilih sebagai wakil dari seluruh rakyat Persia untuk memberikan hadiah kepada Khosrou, Sang Penguasa Persia, di acara Naruza, perayaan musim semi untuk memperingati kemenangan Mithra karena mengalahkan Iblis bernama Agro Maynu yang selalu menggoda manusia.
            Hadiah persembahannya dibuka oleh sang Raja dengan pelan diiringi bisikan-bisikan rakyat untuk mengetahui isi dari hadiah Kashva. Mereka tahu, reaksi Raja mengenai hadiahnya akan menentukan masa depannya. Jika Raja senang dengan hadiahnya, maka Kashva bisa diberi kedudukan tinggi di Kerajaan Persia. Namun jika hadiahnya membuat Raja marah, dipastikan hidupnya akan berakhir bersama dengan semua impiannya.
            Rakyat menahan napas ketika melihat ekspresi sang Raja berubah berkerut ketika melihat isi hadiah Kashva. Bukan reaksi yang bagus. Mereka menatap hikmat kepada sang Raja yang mengangkat selembar kulit berisi kaligrafi. Sang Raja membaca isi kaligrafi itu dengan suara lantang, “Takzim kami kepada pelindung Fravashes yang teguh, yang bertarung disisi Tuhan…mereka datang kepadanya, laksana gerombolan elang perkasa. Seakan ada ribuan manusia melindungi satu manusia, sehingga tidak ada pedang yang terhunus, gada yang terayun, panah yang meluncur dari busur, maupun batu yang dilempar bisa melukainya.”
            Semua orang terdiam. tercengang oleh kalimat suci itu sekaligus kebingungan terhadap maknanya. Bahkan sang Raja terdiam beberapa saat sebelum berkata, “Aku sudah lama tidak membaca kitab suci. Tapi aku tahu bahwa kau ingn menyampaikan sesuatu, Kashva. Namun, aku ingin bertanya terlebih dahulu. Siapa Fravashes?”
            Kashva berdiri. Dia tahu bahwa jawaban yang akan diberikannya akan menentukan nasibnya. Tapi dia sudah siap untuk segala kemungkinan. hasratnya untuk memberitahu dunia mengenai kedatangan Asvat Ereta telah tak terbendung. Sembari menguatkan hati, dia menjawab, “Wahai baginda, telah datang seorang utusan Tuhan yang Maha Perkasa dari negeri yang jauh. Para pengikutnya akan mengalahkan Persia dan tempat-tempat suci Zardhust lainnya. Utusan Tuhan ini akan meluruskan seluruhh dunia, Bainda. Bukan hanya Persia”
            “Apa maksudmu, Pemuda Cemerlang?”, kata-kata Sang Raja mulai mengeras. Ucapan Kashva yang memperkirakan kemungkinan kejatuhan Persia mulai menyulut kemarahannya.
            “Baginda, Bangsa Persia sudah tidak mampu menjaga keutuhan ajaran Zardusht. Kita mulai mencampakkan perjanjian api dengan Tuhan. Bangsa ini menuju ke dalam remah-remah suatu kaum. dan kitab suci mulai menjadi remah-remah sebuah agama. Sekarang ini, Baginda, Nun jauh disuatu tempat, seoran pria nan mulia telah menyempurnakan ajaran Zardusht. Bukankah ini waktunya bagi kita untuk menyambut dan mengikutinya?”
            Sang Raja tercekat. Dadanya bergemuruh menahan kemarahan. Berusaha tetap tenang, Sang Raja berucap, “Kashva. Seharusnya sekarang aku memerintahkan algojoku untk memenggal kepalamu. Membiarkan kepalamu menggelinding dan darahmu mengotori lantaiku.”
Insya Allah Bersambung….
Edited by:
Salmatun NIswa/Pajak C
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com

0 komentar:

Posting Komentar