Jumat, 06 Maret 2015

JANGAN JADIKAN RIYA’ PENGHINAMU





Oleh : Muhammad Rizky Hilmy Pajak C


RIYA’ merupakan salah satu penyakit yang dapat merusak hati dan amal perbuatan kita. Hal yang pada awalnya kita mengharapkan pahala namun, apa boleh jadi amal kita malah menjadi boomerang bagi kita.
Riya’ bukan hanya kita melakukan kesombongan yang nampak, ternyata dengan ibadah sekalipun itu akan membawa pada riya’. Namun kategori riya’ yang menjadi pembahasan kali ini riya’ halus, yang itu pun akan berpengaruh pada hasil yang akan kita dapat.
Salah satu riya’ halus yang tanpa disadari yaitu, meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, sedangkan amal karena manusia itu syirik. Yang dinamakan ikhlas ialah bila egkau diselamatkan Allah dari dua cara tersebut.” Maksud ucapan beliau: Orang yang berniat melakukan ibadah, tetapi kemudian ditinggalkan (tidak jadi mengerjakan), sebab khawatir diketahui orang lain, maka ia adalah orang yang riya’.
Karena ia meninggalkan ibadah sebab manusia. Adapun jika ia meninggalkan ibadah, lantaran hendak dikerjakan di tempat yang sepi, itu bisa dianggap baik dan sunnat. Kecuali bila ibadah itu ibadah fardhu atau zakat wajib, atau ia termasuk menjadi orang panutan. Maka terang-terangan dalam beribadah adalah lebih utama (daripada di tempat sepi).
Selain itu riya’ halus juga dapat berupa menceritakan amal-amal shalih yang terjadi (di kerjakan) di masa lampau dan tidak seorang pun mengetahuinya, kecuali kalau memang ada tujuan yang dituntut syara’ itu dapat menjadikan amal yang telah diperbuat, merupakan amal yang bercorak riya’, pada waktu diamalkan.
Diantara riya’ yang halus menganggap manis ibadah dan menambah dalam menundukkan kepala dan khusyu’, lantaran datangnya seseorang diantara para pembesar dan sebagainya. Sayyidina Ali Al-Khawwadh ra berkata, “Apabila engkau didatangi seorang penguasa, sedangkan ditanganmu ada tasbih untuk menghitung bacaan tasbih, maka janganlah meneruskan memutar tasbih yang ada di tangan itu, kecuali bila ada niat yang baik. Dan hendaklah memelihara diri terhadap duduk-duduk dan tertawa-tawa, seraya lupa kepada Allah Ta’ala, kemudian datang seorang penguasa, lalu engkau buru-buru mengambil tasbih, kecuali kalau memang ada niat yang baik untuk lari dari terjatuh ke dalam riya’ yang bisa melebur amal-amal.”
Oleh karena itu, kajilah ilmu itu lebih dalam agar kesesuaian apa yang kita perbuat dapat menjadi ilmu yang membawa kita kepada kebenaran dan menjauh pada kemungkaran. [Sumber:14 Cara Mempertajam Keyakinan/Karya: Abdul Wahhab Asy Sya’rani/Penerbit: CV. Firdaus]
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com

0 komentar:

Posting Komentar