Sejak umur sebelas tahun, Rebecca suka sekali membuat gambar pelangi. Ia
selalu membuat gambar pelangi pada kartu hari Ibu, kartu Valentine, dan pada
gambar-gambar yang dibawanya pulang dari sekolah. “Kau gadis pelangiku,” kata
ibunya selalu, sambil tertawa dan menempelkan gambar pelangi lagi di kulkas
dengan magnet besar yang juga berbentuk pelangi.
Setiap jalur warna pelangi yang cerah
mengingatkan Rebecca akan sesuatu yang istimewa dalam hidupnya. Merah, warna
yang paling atas, mengingatkannya akan saus tomat merah yang manis, yang selalu
dioleskannya di makanan kesukaannya, kentang goreng, dan lain-lainnya yang
terpikir olehnya. Merah juga adalah warna makanan kesukaannya yang lain, yakni
lobster, yang selalu dihadiahkan ibunya padanya setiap akhir tahun sekolah,
kalau rapornya bagus. Warna jingga mengingatkannya akan labu dan liburan yang
paling disukainya–Halloween. Pada hari Halloween ia bisa berpakaian sebagai
tokoh apa saja yang diinginkannya. Warna kuning adalah warna rambutnya yang
panjang, lurus, dan tergerai indah di punggungnya, seperti rambut Rapunzel. Warna
hijau berarti gelitikan rumput di bawah telapak tangannya saat ia ber-cartwheel dengan kaki terjulur ke atas.
Biru adalah warna langit pagi yang dilihatnya dari atap kaca di atas tempat
tidurnya. Biru juga merupakan warna matanya dan warna lautan yang tidak jauh
dari rumahnya. Dan ungu–warna paling bawah pada setiap pelangi–adalah warna
kesayangan ibunya. Warna yang selalu mengingatkan Rebecca akan rumah.
Pada akhir minggu terakhir di bulan
Mei, Rebecca sudah tak sabar menantikan berbagai aktivitas akhir tahun sekolah
yang menunggunya. Beberapa hari lagi ia akan membawakan peran sebagai “si
kuper” dalam drama sekolah, menjadi pusat perhatian dan membuat teman-temannya
tertawa. Tak lama sesudahnya ia akan melakukan balet dalam pertunjukkan dansa
tahunannya. Ayahnya akan menjadi tuan rumah dalam acara piknik akhir minggu
Memorial Day-nya yang terkenal. Satu-satunya yang tidak menyenangkan adalah ibu
Rebecca akan pergi berlibur selama beberapa hari. Baru kali ituah ibu Rebecca
akan pergi, sejak ia dan ayah Rebecca bercerai. Tidak seperti biasanya, Rebecca
sangat sedih akan ditinggal ibunya. Ia menangis ketika mereka mengucapkan
selamat tinggal. Mungkin ia sudah merasa akan terjadi sesuatu.
Pada akhir minggu Memorial Day itu,
ketika pulang larut malam, Rebecca bersama ayahnya dan ibu tirinya tewas
ditabrak seorang pengemudi mabuk yang mobilnya salah jalur di jalan raya. Yang
selamat hanya Oliver, adik Rebecca yang berumur sembilan tahun, karena
terlindung oleh tubuh kakaknya.
Upacara pemakaman Rebecca diadakan
pada hari ketika ia seharusnya tampil dalam drama sekolah. Hari itu hari musim
semi yang indah, cerah dan ceria seperti Rebecca sendiri. Ibu Rebecca
memejamkan mata dan berdoa, “Rebecca , aku ingin yakin bahwa kau sudah pergi
dalam damai. Berikan tanda padaku, Nak. Krimkan pelangi untuk Ibu.”
Selesai upcara pemakaman,
teman-teman dan kerabat yang berduka berkumpul bersama ibu Rebecca di rumah
kakek Rebecca. Sekonyong-konyong hujan mulai turun. Setelah beberapa saat,
mendadak hujan itu berhenti. Lalu dari beranda depan rumah, seseorang berseru,
“Hei, semuanya! Lihat! Lihat kemari!”
Semua orang lari ke luar. Di sana,
di seberang samudra, tampak sebuah pelangi. Pleangi raksasa dengan warna-warna
sangat indah yang muncul secara ajaib dari tengah awan. Warna-warninya begitu
cerah, jelas, dan terang.
Sementara para bibi menangis dan
para paman saling siku untuk bisa melihat lebih jelas, ibu Rebecca menengadah
menatap pemandangan indah yang dilukis oleh Gadis Pelanginya di langit dan
berbisik, “Terima kasih.”
(ditulis
oleh Tara M. Nickerson dalam Chicken Soup for the Kid’s Soul)
0 komentar:
Posting Komentar